Rabu, 15 Oktober 2008

Asma

A S M A

  1. Pengertian

Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan dan bersifat sementara (www.medicastore.com). Asma adalah penyakit obstruksi jalan nafas yang dapat pulih dan intermiten yang di tandai pemyempitan jalan nafas, mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi (Boughman, 2000)

Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel. Asma terjadi ketika bronchi mengalami inflamasi dan hiperresponsif. Penyebab ini menyebabkan penyempitan pada saluran pernafasan sehingga mengalami kesulitan bernafas (Reeves, 2001)

Berdasarkan dari teori – teori pengertian asma diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Asma adalah terjadinya penyempitan pada saluran pernafasan yang bersifat reversibel dan mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi sehingga pasien mengalami kesulitan bernafas.

  1. Etiologi

Menurut Boughman (2000) penyebab asma dibagi menjadi 3 macam yaitu;

    1. Asma alergi disebabkan oleh alergi yang di ketahui, misalnya; serbuk, debu, bulu binatang, dan makanan.

    2. Asma idiopati (non-alergi) disebabkan oleh faktor infeksi, pernafasan, latihan, emosi dan polutan lingkungan.

    3. Asma gabungan yaitu asma yang mempunyai karakteristik dari kedua alergi dan idiopati.

Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran pernafasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga (www.medicastore.com )

  1. Patofisiologi

Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.

Sel-sel tertentu di dalam saluran udara (terutama sel mast) diduga bertanggungjawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Sel mast di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya:

  1. Kontraksi otot polos

  2. Peningkatan pembentukan lendir

  3. Perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki.

Sel mast mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu binatang.

Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres dan kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien. Sel lainnya (eosnofil) yang ditemukan di dalam saluran udara penderita asma melepaskan bahan lainnya (juga leukotrien), yang juga menyebabkan penyempitan saluran udara (www.medicastore.com)

  1. Tanda dan Gejala

Menurut Reeves (2001). Tanda dan gejala dari asma yaitu: dyspnea, wheezing, hiperventilasi, pusing, peningkatan nafas pendek, kecemasan, diaphorosis, dan kelelahan.

Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak nafas yang singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala.

Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan nafas yang berbunyi (wheezing, mengi, bengek), batuk dan sesak nafas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita menghembuskan nafasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk.

Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak nafas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa hari. Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk kering di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-satunya gejala. Selama serangan asma, sesak nafas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat. Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat hebat.

Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan.

Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh sempurna, Kadang beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan menyebabkan udara terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara terkumpul di sekitar organ dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh penderita(www.medicastore.com )


Menurut Manjoer (1999) Tanda dan gejala asma dibagi menjadi 3 yaitu :

  1. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop

  2. Batuk produktif, sering pada malam hari.

  3. Napas atau dada seperti tertekan.

  1. Gambaran klinis

Menurut (Mansjoer, 1999), Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejalanya bersifat paroksimal, yaitu membaik baik siang hari dan memburuk pada malam hari.

Tanda dan gejala sangat beragam dari satu pasien ke pasien lain, dan sangat individual dari waktu ke waktu. Beberapa pasien mungkin hanya memiliki batuk yang tidak sering, serangan asma mendadak dan lainnya dapat menderita gejala itu hampir secara terus-menerus. Gejala asma dapat terjadi secara spontan atau mungkin dipercepat atau diperberat dengan banyak pemicu yang berbeda. Frekuensi gejala asma mungkin semakin buruk dimalam hari, variasi sirkadian pada tonus bronkomotor dan reaktivitas bronkhus mencapai titik terendah antara jam 3-4 pagi, meningkatkan dari gejala-gejala bronkokonstriksi. Beberapa penemuan pemeriksaan fisik meningkatkan kemungkinan dugaan asma. Pembengkakan mukosa hidung, meningkatnya sekresi hidung, dan polip hidung sering kali terlihat pada asma alergika. Eksema, dermatitis atopi, atau manifestasi lainnya dari kelainan alergi kulit juga dapat terlihat. Bahu yang membungkuk dan menggunakan otot bantu pernapasan tambahan mengarah pada meningkatnya kerja pernapasan. Wheezing selama pernapasan normal atau suatu fase ekspirasi yang diperpanjang sangat berhubungan dengan obstruksi saluran pernapasan. Namun, wheezing selama ekspirasi buatan tidak berhubungan. Pemeriksaan dada diantara periode serangan atau eksaserbasi mungki normal pada pasien asma ringan. Selama eksaserbasi asma berat, saluran pernapasan terlalu terbatas untuk menghasilkan wheezing, sehingga petunjuk diagnosis hanya didapat dengan auskultasi secara umum, yaitu penurunan suara pernapasan dengan ekspirasi yang diperpanjang (Tierney, Jr. 2002)

Pada serangan asma yang lebih berat, gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal (Digitized by USU digital library, 2003)

  1. Pemeriksaan penunjang.

    1. Pemeriksaan radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.

Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut :

  1. Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.

  2. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.

  3. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru

  4. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

  5. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

    1. Pemeriksaan tes kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

    1. Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :

    1. Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation.

    2. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB ( Right bundle branch block).

    3. Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

    1. Scanning paru

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

    1. Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.

Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi. (Digitized by USU digital library, 2003).

  1. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan :

  1. Tujuan Penatalaksanaan

Menurut Manjoer (1999), tujuan penatalaksanaan asma adalah :

  1. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma.

  2. Mencegah kekambuhan.

  3. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya.

  4. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise

  5. Menghindari efek samping obat asma

  6. Mencegah obstruksi jalan napas yang irreversibel(Mansjoer, 1999)

  1. Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :

  1. Penatalaksanaan non farmakologi :

  1. Memberikan penyuluhan

  2. Menghindari faktor pencetus

  3. Pemberian cairan

  4. Fisiotherapy

  5. Beri O2 bila perlu

  1. Penatalaksanaan dengan obat-obatan, Seperti ::

  1. Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :

      1. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)

Nama obat :

  1. Orsiprenalin (Alupent)

  2. Fenoterol (berotec)

  3. Terbutalin (bricasma)

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus) untuk selanjutnya dihirup.

      1. Santin (teofilin)

Nama obat :

  1. Aminofilin (Amicam supp)

  2. Aminofilin (Euphilin Retard)

  3. Teofilin (Amilex)

Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat.

Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).

  1. Kromalin

Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.

  1. Ketolifen

Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara oral.

(Digitized by USU digital library, 2003).

  1. Diagnosa Keperawatan

  1. Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.

Tujuan : Jalan nafas kembali efektif.

Kriteria hasil :Sesak berkurang, Batuk berkurang, Klien dapat mengeluarkan sputum, Wheezing berkurang/hilang, Vital dalam batas normal keadaan umum

Intervensi :

    1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya merigi,erekeis, ronkhi.

Rasionalisasi : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak ada fungsi nafas (asma berat).

    1. Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi.

Rasionalisasi : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.

    1. Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak duduk pada sandaran.

Rasionalisasi : Peninggian kepala tidak mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.

    1. Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keefektipan memperbaiki upaya batuk.

Rasionalisasi : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien lansia, sakit akut/kelemahan.

    1. Berikan air hangat.

Rasionalisasi : penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.

    1. Kolaborasi obat sesuai indikasi.Bronkodilator spiriva 1x1 (inhalasi).

Rasionalisasi : Membebaskan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa.

(http://askep.blogspot.com/2008/03/askep-pasien-dengan-asma.html

  1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

Tujuan :Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.

Kriteria hasil :Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik, tekstur kulit baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12 kali/menit, berat badan dalam batas normal.

Intervensi :

  1. Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut, konjungtiva).

Rasionalisasi : menentukan dan membantu dalam intervensi lanjutnya.

  1. Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.

Rasionalisasi : petikan pengetahuan klien dapat menaikan partisi bagi klien dalam asuhan keperawatan.

  1. Timbang berat badan dan tinggi badan.

Rasionalisasi : Penurunan berat badan yang signipikan merupakan indikator kurangnya nutrisi.

  1. Anjurkan klien minum air hangat saat makan.

Rasionalisasi : air hangat dapat mengurangi mual.

  1. Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering

Rasionalisasi : memenuhi kebutuhan nutrisi klien.

  1. Kolaborasi

        1. Consul dengan tim gizi/tim mendukung nutrisi.

Rasionalisasi : menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan.

        1. Vitamin B squrb 2x1.

Rasionalisasi : defisiensi vitamin dapat terjadi bila protein dibatasi. antiemetik rantis 2x1 untuk menghilangkan mual / muntah.

(http://askep.blogspot.com/2008/03/askep-pasien-dengan-asma.html

  1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

Tujuan :Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

Kriteria hasil :k/u klien baik, badan tidak lemas, klien dapat beraktivitas secara mandiri, kekuatan otot terasa pada skala sedang

Intervensi :

  1. Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dyspnea peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.

Rasionalisasi : menetapkan kebutuhan/kemampuan pasien dan memudahkan pilihan intervensi

  1. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.

Rasionalisasi : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.

  1. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.

Rasionalisasi : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau menunduk kedepan meja atau bantal.

  1. Bantu aktivitas keperawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.

Rasionalisasi : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

  1. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuaiindikasi.

Rasionalisasi : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan menaikan istirahat.

(http://askep.blogspot.com/2008/03/askep-pasien-dengan-asma.html

  1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan supply oksigen (obstruksi jalan nafas akibat sekresi, bronkhospasme, udara yang tertahan dalam paru). (Doenges, 2000)

Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan.

Intervensi :

  1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan aksesori, napas bibir, ketidakmampuan bicara / berbincang.

Rasional :Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan atau kronisnya proses penyakit.

  1. Tinggikan tempat tidur, bantu pasien memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhan / toleransi.

Rasional :Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispneu dan kerja napas.

  1. Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.

Rasional :Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku). Keabu-abuan dan sianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.

  1. Dorong mengeluarkan sputum, penghisapan bila diindikasikan.

Rasional :Kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.

  1. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan nyaman. Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur / istirahat dikursi selama fase akut. Mungkinkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai toleransi individu.

Rasional :Selama distres pernapasan akut / berat / refraktori pasif, secara total tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispneu. Istirahat diselingi aktivitas, perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun, program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispneu dan dapat meningkatkan rasa sehat.

  1. Kolaborasi dengan tim medis dengan pemberian oksigen.

  2. Rasional :Dapat memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia. (Doenges, 2000)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

comment